Sabtu, 03 November 2018

Terima Kasih Lip Sync




Sudah lama, bahkan sejak remaja, saya menyadari bahwa suara saya fals. Dengan kata lain, hancur. Nafas saya juga pendek. Waktu belajar membaca Alquran, saya susah sekali menyelesaikan satu ayat dalam satu tarikan napas, kecuali ayat-ayat pendek yang sangat popular.
            Saya sempat berfikir bahwa suara fals itu seperti jerawat yang lama-lama juga hilang. Ternyata tidak. Suara fals tak ubahnya gigi saya yang tongos. Ia abadi. Hahahahaha.
            Saya pernah berdoa, agar diberi kesempatan sesaat bersuara merdu. Sesaat saja, barang dua atau tiga menit. Minimal saat saya nyanyi untuk mengantar tidur anak saya. Sampai sekarang, suara saya tak kunjung merdu, meski barang sesaat. Saya berprasangka baik kepada Allah. Mungkin dia mengabulkan dalam bentuk lain, misalnya, ternyata suara anak saya yang merdu.
            Soal suara fals ini, kadang sungguh menyiksa. Suatu saat, anak bungsu saya, Silmi, menangis karena ngantuk tetapi suasana rumah lagi agak ramai. Saya gendong dan ayun dia berharap segera tenang dan lelap. Tapi dia masih gelisah dan merengek. Insting saya mengusulkan agar saya nyanyi agar Silmi cepat tidur. Kali ini insting saya salah, tangis Silmi makin keras. Saya yakin karena suara fals saya saat nyanyi.


            Saya tak mau kehabisan akal. Saya rogoh saku, ambil hape, putar iTunes. Pilih-pilih lagu. Dapet “Patience” ala Guns N Roses. Ketika vokalis Guns N Roses mulai bersiul, saya memonyongkan bibir pura-pura bersiul mengikuti irama lagu. Tangis Silmi reda dan lambat laun terlelap.
            Sejak saat itu saya tahu. Tidak perlu bersuara merdu untuk bisa meninabobokkan anak. Cukup bisa Lip sync alias mencocokkan gerak bibir dengan lagu.
            Itu saya ulang berkali-kali dengan beragam lagu. Uniknya, setiap saya lip sync, Silmi dengan seksama memerhatikan gerak bibir saya sebelum lambat laun terlelap. Mungkin di dalam hatinya dia menangkap kesan bahwa suara ayahnya telah membaik. Kelak jika dia besar dan bertanya resep menghilangkan suara fals, saya akan jawab bahwa itu hanya trik.
            Sekadar tambahan, lagu “Patience” menjadi lagu wajib pengantar tidur Silmi. Kalau Flo, lebih senang mendengarkan lagu “The Man Who Sold The World” versi Nirvana. Lagu ciptaan David Bowie itu dianggap Flo paling pas iramanya sebagai pengantar tidur, apalagi kalau sambil dipijiti mengikuti ketukan lagu itu.
            Saya meyakini, kelak dua lagu itu akan mengingatkan Silmi dan Flo pada saya. Pada ayahnya yang berusaha sebisa mungkin menciptakan kenyamanan sebelum terlelap menjemput impian. Inilah pentingnya menemani anak sebelum tidur.
            Mirip dengan Silmi, Flo selalu melarang ayahnya mengikuti suara vokalis Nirvana, Curt Cobain. Katanya, dia terganggu. Baeklah, saya lip sync saja. Terima kasih lip sync.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar