Sudah lama, bahkan sejak remaja, saya menyadari bahwa suara
saya fals. Dengan kata lain, hancur. Nafas saya juga pendek. Waktu belajar
membaca Alquran, saya susah sekali menyelesaikan satu ayat dalam satu tarikan
napas, kecuali ayat-ayat pendek yang sangat popular.
Saya sempat
berfikir bahwa suara fals itu seperti jerawat yang lama-lama juga hilang.
Ternyata tidak. Suara fals tak ubahnya gigi saya yang tongos. Ia abadi. Hahahahaha.
Saya pernah
berdoa, agar diberi kesempatan sesaat bersuara merdu. Sesaat saja, barang dua
atau tiga menit. Minimal saat saya nyanyi untuk mengantar tidur anak saya. Sampai
sekarang, suara saya tak kunjung merdu, meski barang sesaat. Saya berprasangka
baik kepada Allah. Mungkin dia mengabulkan dalam bentuk lain, misalnya,
ternyata suara anak saya yang merdu.
Soal suara
fals ini, kadang sungguh menyiksa. Suatu saat, anak bungsu saya, Silmi,
menangis karena ngantuk tetapi suasana rumah lagi agak ramai. Saya gendong dan
ayun dia berharap segera tenang dan lelap. Tapi dia masih gelisah dan merengek.
Insting saya mengusulkan agar saya nyanyi agar Silmi cepat tidur. Kali ini
insting saya salah, tangis Silmi makin keras. Saya yakin karena suara fals saya
saat nyanyi.
Saya tak
mau kehabisan akal. Saya rogoh saku, ambil hape, putar iTunes. Pilih-pilih
lagu. Dapet “Patience” ala Guns N Roses. Ketika vokalis Guns N Roses mulai
bersiul, saya memonyongkan bibir pura-pura bersiul mengikuti irama lagu. Tangis
Silmi reda dan lambat laun terlelap.
Sejak saat
itu saya tahu. Tidak perlu bersuara merdu untuk bisa meninabobokkan anak. Cukup
bisa Lip sync alias mencocokkan gerak bibir dengan lagu.
Itu saya
ulang berkali-kali dengan beragam lagu. Uniknya, setiap saya lip sync, Silmi
dengan seksama memerhatikan gerak bibir saya sebelum lambat laun terlelap.
Mungkin di dalam hatinya dia menangkap kesan bahwa suara ayahnya telah membaik.
Kelak jika dia besar dan bertanya resep menghilangkan suara fals, saya akan
jawab bahwa itu hanya trik.
Sekadar
tambahan, lagu “Patience” menjadi lagu wajib pengantar tidur Silmi. Kalau Flo,
lebih senang mendengarkan lagu “The Man Who Sold The World” versi Nirvana. Lagu
ciptaan David Bowie itu dianggap Flo paling pas iramanya sebagai pengantar
tidur, apalagi kalau sambil dipijiti mengikuti ketukan lagu itu.
Saya
meyakini, kelak dua lagu itu akan mengingatkan Silmi dan Flo pada saya. Pada
ayahnya yang berusaha sebisa mungkin menciptakan kenyamanan sebelum terlelap
menjemput impian. Inilah pentingnya menemani anak sebelum tidur.
Mirip
dengan Silmi, Flo selalu melarang ayahnya mengikuti suara vokalis Nirvana, Curt
Cobain. Katanya, dia terganggu. Baeklah, saya lip sync saja. Terima kasih lip
sync.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar