Minggu, 30 Juni 2013

Demo BBM

Ini catatan yang tersisa dari demo penolakan harga bahan bakar minyak di Medan pada awal hingga pertengahan Juni lalu. Tidak ada yang istimewa, tetapi setidaknya menjadi jejak sejarah panjang peminyakan dan dampaknya di negeri ini.

Dua pekan menjelang kenaikan harga BBM, berbagai elemen masyarakat menggelar unjuk rasa. Sporadis dan kecil-kecilan. Jumlah massa hanya belasan orang. Tidak ada gregetnya. Paling hanya orasi dan bakar ban bekas. Setelah disorot kamera, mereka bubar.

dua hari menjelang kenaikan harga BBM, sepertinya massa mengental. Sebuah pertemuan digelar untuk merencanakan unjuk rasa besar-besaran. Besar dalam pengertian jumlah serta sasaran unjuk rasa. "Kami akan mengerahkan sekitar 10.000 orang. Tujuan akhir kita, memblokade jalan menuju Bandara (Internasional) Polonia Medan," kata seorang koordinator pengunjuk rasa.

Keeseokan harinya, terjadi unjuk rasa di tutujuh titik. Mulai dari unjuk rasa di kantor Konsulat Jenderal Amerika, Depot Pertamina, Kantor Gubernur, hingga jalan masuk Bandara Polonia. Jumlah masing-masing kelompok massa hanya ratusan. Bahkan ada yang hanya puluhan orang.


Mahasiswa beristirahat sambil mengirim pesan singkat ke rekannya saat berunjuk rasa di kawasan Bandara Internasional Polonia Medan, Senin (17/6/2013). Mahasiswa berunjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak.




Ketika massa berkumpul di pintu masuk bandara, jumlahnya tak lebih dari 400 orang. Padahal, jumlah polisi yang berjaga mencapai 2.700. Belum lagi 300 tentara yang membantu di lini belakang.  "Banyak yang tidak datang karena sibuk kerja," kata koordinator pengunjuk rasa yang kemarin bilang meu mengerahkan 10.000 orang.

Unjuk rasa pun kering. Sekadar orasi dan bakar ban. Ritual wajib unjuk rasa. Malam harinya, pengunjuk rasa seperti pengen nunjukin kalau mereka punya daya dan kuasa. Sebuah kedai makanan cepat saji ludes dibakar dan dirusak massa.

Saya sangat mengapresiasi upaya mahasiswa dan sejumlah aktivis menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM. Meskipun, penolakan itu masih perlu diperdebatkan. Tapi, janganlah sampai meciderai kenyamanan dan keamanan warga. Jalanan  macet, aktivitas warga terganggu.


pengunjuk rasa mengirim pesan singkat ke rekannya saat berunjuk rasa dan dihadang ratusan polisi di kawasan Bandara Internasional Polonia Medan, Senin (17/6/2013)


Galery

David Malau (9) dan Dion Fau (9) membawa jeriken berisi air untuk memenuhi kebutuhan air bersih di rumah mereka di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Jumat (19/10/2012).